Selasa, 06 Desember 2016

Like a Rainbow in the Sky


Prolog


Hadeeh... Satu masalah selesai, datang yang lainnya lagi.
Saat ini, aku bekerja di sebuah perusahaan swasta yang menurutku cukup terkenal dikalangan masyarakat. Sebuah perusahaan terkenal, yang menerima pegawai sekitar lebih dari seribu orang pertahun ini memang sedikit menyebalkan. Kerjaanku hanya duduk didepan komputer, memantau distribusi barang, minum kopi, main game, ngobrol, yah aku tidak terlalu berharap dipindahkan ke tempat yang elit sih, diterima di perusahaan ini saja sudah membuatku bersyukur.
Tidak ada perusahaan yang mau menerima anak buahnya yang tidak tamat kuliah...
"Yo, Ryan. Gimana kabarmu hari ini?" Dia menepuk punggungku.
"Sialan, oh, Rahel rupanya." Aku meminum kopi yang barusan aku buat.
"Ada apa? Kok bingung sendiri?"
"Waktu luangku terlalu banyak. Aku hanya bingung, apa yang harus aku lakukan agar dapat mengisi waktu luang." Kataku sambil menggerak gerikkan mouse.
"Oh? Kalau membantuku gimana?"
"Kerjakan sendiri."
"Bukankah kau mencari waktu luang? Hmm... Oh aku tahu. Bagaimana kalau kau mulai menulis novel?"
"Menulis novel? Kedengarannya menyebalkan. Lagian, aku tidak bisa menulis hal hal yang menyebalkan seperti itu."
"Kau mengatakan kalau menulis itu menyebalkan sedangkan kau membaca novel dengan mata berbinar binar. Apa apaan tuh."
"Kau sebagai teman terdekatku, berikan saran yang lebih baik, lah." Dia bergerak dan mendekatkan wajahnya ke wajahku.
"Teman terdekat? Aku ini tunanganmu, ingat. Tunanganmu. Jangan lupakan itu." Dia menjauh, kupikir dia mungkin sedikit marah.
"Hahaha... Iya, iya. Aku gk lupa kok. Tapi, apa kau yakin saran itu yang terbaik?"
"Ya. Menurutku, bagaimana kalau idenya dari pengalaman kita saja? kalau saran aku sih, dimulai dari awal kita bertemu."
"Dari awal?"
"Tidak. Tidak musti dari awal kok. Kapan ya? Yang pas kita mulai jadi teman tuh. Kalau gk salah, banyak kasus yang terjadi setelahnya. Tulis saja rincian kasus yang kita pecahkan saat itu."
"Hmm... Benar juga. Semenjak kita berteman itu, kelas 2 kan? Berarti, aku mengalami kasus itu gara gara berteman denganmu? Sudah kuduga kalau teman itu pembuat masalah." Aku sedikit mengecilkan suaraku agar tidak didengarnya. Untunglah dia sedikit lugu dan tidak terlalu mempersalahkannya.
Jadi, itu sebabnya aku mulai membuat cerita ini, agar dapat dinikmati oleh pembaca sekaligus untuk mengisi waktu luangku. Aku tidak tahu cerita ini pantas atau tidak untuk diceritakan. Aku hanya mengingat kejadian ini tanpa melebih lebihkannya, berdasarkan ingatan serta buku diaryku. Mungkin agak memalukan, mungkin agak menyebalkan, mungkin agak menyeramkan, mungkin agak aneh, tapi cerita ini nyata, cerita berdasarkan pengalaman kami. Cerita berdasarkan pengalaman aku menjadi aku yang sekarang, dia yang menjadi dia sekarang, serta kami, yang menjadi kami yang sekarang.
Cerita ini bermula sejak aku duduk dikelas 11 SMA semester 2. Aku bertemu dengan Rahel sejak kelas 10 semester satu. Namun, karena aku kurang bersosialisasi, aku tidak terlalu mengenalnya saat itu. Sampai pada kelas 11, aku pindah ke tempat Kos yang dekat dari sekolah dan saat itu, mau tidak mau aku harus berbicara dengannya.
***
(Cerita ini diambil dari Wattpad karangan MouraVenders)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Like a Rainbow in the Sky

0 komentar:

Posting Komentar