Selasa, 06 Desember 2016

6Y-2D

Cerita Pendek Misteri-
6 Y - 2 D
            Angin bertiup dari arah barat, membuatku sulit untuk membaca novel yang sangat kusuka. Suara tepuk tangan dari para orang tua, menambah kebisingan yang telah dibuat oleh panitia acara. Satu persatu, kami naik kepanggung, dan tibalah giliranku. Aku berjalan dengan wajah tertunduk. Tidak ada yang mau memperhatikanku. Tiba tiba, HP ku berdering. Aku mengangkatnya dan terkejut mendengarnya. Aku terduduk di dekat tangga panggung. Entah kenapa, aku tidak bisa bergerak pada saat itu. Aku terus menerus memegang HP ku, dan seketika semuanya menjadi gelap gulita.
            Aku tersadar, dan tiba tiba sudah berada di ruang peristirahatan. Aku berusaha duduk, dan ingin keluar dari runagan itu. Namun, datang dosen yang selalu membuatku menderita.
            “Kau mau kemana? Lagian acara wisudanya sudah selesai. Aku turut berduka atas kematian ayahmu itu. aku mendengarnya dari panggilan yang belum kau matikan waktu itu. Mau ibu antar?” aku menolaknya dan mengatakan kalau aku akan pulang sendiri.
            Aku pulang kerumah, dan mendapati beberapa tetanggaku yang sedang menungguku. Mereka lalu mengatakan kejadiannya dan seketika aku langsung pergi kerumah sakit dan melihat jenazah ayahku untuk terakhir kalinya. Aku merasakan keanehan saat melihat jenazah ayahku. Tetanggaku mengatakan kalau ayahku tewas karena kecelakaan saat pergi kekantor. Tetapi, aku melihat bahwa pipi ayahku agak aneh. Seperti sesuatu yang berputar telah menghantam pipinya. Lalu aku memeriksa bagian tubuhnya dan aku melihat jahitan yang amat besar di dada ayahku. Jahitannya tidak rapi, jadi aku menduga kalau ini adalah perbuatan seseorang. Dan ayahku bukan meninggal karena kecelakaan tapi dibunuh. Lalu aku bertanya kepada dokter yang mengurus ayahku.
            “Maaf dok, kenapa dada ayahku ada jahitan?”
            “Maaf, tapi kau harus siap mental untuk mendengarnya. Di dalam tubuh ayahmu, terdapat pecahan botol miras yang kalau aku hitung lebih dari 4 botol, dan juga paru paru ayahmu telah hilang. Dan lagi, jahitan yang dilakukan orang tersebut asal asalan, dan dia malahan menggunkan benang nilon untuk menjahitnya. Di bagian betis ayahmu, juga dimasuki oleh kalajengking dan kelabang.” Mendengar hal itu, tubuhku terasa mual. Aku terduduk, membayangkan seperti apa pelaku yang membunuh ayahku melakukan aksinya. Aku gemetaran, aku tidak sanggup berdiri.
            “Ja.. jadi, anda tahu kalau ayahku itu sebenarnya dibunuh?”
            “Ya. Terlihat dari luka pipinya yang sangat aneh. Dan juga, aku ingin mengatakan sesuatu hal yang penting denganmu. Apa kau kenal dengan Ayu Robb Putri? Dia ibumu bukan? Pada saat itu, aku yang bertanggung jawab atas jenazahnya. Akan aku katakana semuanya. Ketika di otopsi, didalam tubuhnya tidak terdapat satupun organ dalam utuh. Organ dalamnya telah diblender dan dimasukkan kembali kedalam tubuhnya. Dan juga, di punggungnya terdapat simbol yang sama dengan yang ada dipunggung ayahmu itu. Kemarilah, akan aku tunjukkan.... nah, lihatlah simbol ini. Simbol ini dibuat menggunakan logam cair dan didinginkan. Lima tahun yang lalu itu, ada seorang anak muda yang membantu polisi, dan mengatakan kalau ini adalah pembunuhan berantai. Dan sekarang, kami sedang menghubungi mereka dan mereka akan segera tiba sebentar lagi.” Mendengarnya, aku tidak sanggup berkata apa apa. Aku tidak sanggup membayangkannya. Organ tubuh ibuku, dia memblendernya dan memasukkannya kembali kedalam tubuh ibuku. Badanku bergetar, tanganku bergetar, kakiku bergetar, seluruh tubuhku gemetaran semuanya. Hatiku berkicamuk mendengar penjelasan barusan. Lalu, muncul perasaan dendam yang sangat mendalam didalam hatiku.
            10 menit setelah mendengar penjelasan dari dokter, tibalah sekumpulan polisi yang memasuki ruangan dimana aku berada. Ada 4 orang polisi dan dibelakangnya ada seorang wanita muda, yang mungkin juga seorang polisi.
            “Eh? Apa yang kau lakukan disini, Max?” suara itu terdengar tidak asing bagiku. Lalu aku berdiri, dan ternyata benar. Dia adalah dosenku tadi. Aku terkejut dan bertanya padanya.
            “Ibu adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh rentetan kejadian ini. Jangan jangan, dia adalah ayahmu yang kau ceritakan itu? Berarti, dengan ini kedua orang tuamu itu dibunuh olehnya ya? Sialan…” dia mengepalkan tangannya, memukul wajahnya, dan tatapannya tiba tiba berubah dengan serius. Selama ini aku diajari olehnya, aku belum pernah melihat tatapan itu sekalipun.
            “Hei. Dashiell. Siapa dia?” pria bertubuh kekar dan bertampang mengerikan maju dan berbisik ke Ibu Dashiell dengan suara yang sedikit berat dan besar.
            “Oh, ayah. Perkenalkan, dia adalah mantan mahasiswa tempat aku mengajar. Dia baru wisuda dengan nilai tertinggi, 3,99. Max Larsson.”
            “3,99? Nyaris menyamai putriku kalau begitu. Hebat sekali… jadi, dia adalah ayahmu, Max? Matamu menunjukkan kau mau ikut dalam hal ini. Gimana, aku mengizinkanmu ikut tapi apa kau mau jadi asistent putriku?” Aku terkejut, entah kenapa dia bisa mengetahui niatku. Tentu saja aku menerima tawaran itu
            “Baiklah. Dan juga, karena kau itu adalah asistenku, jadi kau harus memanggilku kakak. Lagian, umur kita Cuma beda 2 tahun.”
            Aku memulai membantu penyelidikan polisi. Dan juga, aku mendapat beberapa data korban yang memiliki simbol lingkaran mata itu ditubuhnya. Totalnya ada 4 orang termasuk ayahku.
            Korban pertama bernama Maria Christie, berumur 30 tahun, meninggal 6 tahun yang lalu dengan keadaan leher terikat oleh ususnya, seluruh organ tubuhnya, seluruh organ tubuhnya keluar. Seluruh jarinya digunting dan dihekterkan ke punggung korban membantuk simbol lingkaran mata.
            Korban kedua, bernama Haco Nantuah Puteri. Berumur 25 tahun, meninggal 6 tahun yang lalu sehari setelah kematian korban pertama, dengan keadaan kaki dan tangan yang dipotong menggunakan gunting, dan lalu keempatnya disambung secara terbalik. Kaki diposisikan ditangan, sedangkan tangan diposisikan di kaki. Pada saat ditemukan, wajahnya terbakar sampai hangus namun tubuhnya tidak terkena luka bakar. Seluruh rangka aksial ditubuhnya telah hilang dan sampai sekarang belum ditemukan.
            Korban ketiga, yaitu ibuku. Ayu Robb Putri, berumur 31 tahun, meninggal 5 tahun yang lalu, dengan posisi kaki kiri dan kanan tertukar. Dan juga seluruh organ tubuhnya diblender dan dimasukkan kembali. Tulang tulang dari badannya dikeluarkan, dan dijadikan kalung dan dipasangi di tubuhnya.
            Korban keempat, ayahku, Maurier Arikas. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, luka dipipinya disebabkan oleh roda ban motor yang membuat wajahnya seperti itu. Lalu didadanya terdapat banyak pecahan beling sehingga pada saat itu aku keluar dan mencari toilet. Perutku sangat mual saat dokter membedah jenazah ayahku. Selain itu, dibetis ayahku diisi oleh kalajengking dan kelabang.
            Setelah mengetahui semua itu, tiba tiba kepalaku sakit, dan aku pingsan dirumah sakit. Saat aku bangun, Kak Dashiell sudah berada di dekatku dan sedang memakan nasi dengan lauk ayam bakar.
            Kak Dashiel mengajakku untuk menyelidikinya bersama, tetapi aku menolaknya. Aku mengatakan kalau aku akan mencari data data tentang korban dan TKP serta kaitan antar korban.
            Keesokan harinya, sekitar pukul 9 pagi aku berangkat dari rumah Kak Dashiell menuju toko buku terbesar di kotaku. Aku mencari informasi disana, namun tetap tak kutemukan. Sudah 4 jam aku berada disana namun aku masih belum dapat menemukan informasi apapun tentang pembunuhan berantai itu. Aku lalu memutuskan untuk pergi ke rak buku dengan tema mystery kesukaanku. Tiba tiba, aku terkejut, dan teringat sesuatu.
            “Eh? Kalau tidak salah, novel ini adalah karya Agtha Christie, yang ini Sir Arthur, yang ini Candace Robb, yang ini Daphne du Maurier, dan selanjutnya Dashiel Hammet. Eh? Tunggu sebentar. Jangan jangan, ini adalah… kalau tidak salah, kematian antara korban pertama dan kedua hanya beda 1 hari. Jangan jangan…” aku segera menghubungi Kak Dashiell dan HP nya tidak diangkat. Lalu aku menghubungi ayahnya dan menanyakan dimana Kak Dashiell. Tetapi, ayahnya tidak tahu. Aku lalu mengatakan kalau nyawa Kak Dashiell dalam bahaya dan menyuruhnya untuk segera mencari Kak Dashiell.
            Aku lalu berhenti di sebuah toko peralatan alat tulis. Aku membeli peta Kota Pekanbaru dan menandakan lokasi lokasi ditemukannya mayat tersebut. Aku lalu menghubungkannya dan tercipta gambar belah ketupat. Aku terkejut, namun aku masih merasakan hal yang ganjil. Lalu aku teringat akan simbol pada tubuh korban dan ketika aku menggambarkannya tepat mengenai titik titik tersebut, ternyata titik itu dapat dibuat gambar mata. Lalu aku menarik garis dari tepi mata untuk menentukan dimana titik tengahnya agar dapat membentuk lingkaran. Ternyata, titik itu terletak didekat banngunan universitasku. Aku memiliki firasat kalau Kak Dashiell berada disana. Lalu aku menyuruh ayahnya untuk berkumpul di gedung yang aku sebutkan tadi.
            Dengan kecepatan maksimum, aku berngkat dari toko buku ke target lokasi. Aku bahkan harus menerobos lampu lalu lintas agar dapat kesana dengan tepat waktu. Setelah 15 menit, akhirnya aku tiba disana. Aku melihat kesekeliling namun belum ada polisi yang berada disana. Jadi, aku memutuskan untuk masuk dan mengirim sms ke ayahnya agar masuk kedalam nanti berdasarkan aba aba dariku.
            Aku lalu masuk dan melihat sedikit cahaya dilantai satu. Aku melihatnya, tubuh lemas Kak Dashiell tanpa pakaian sehelaipun yang dibaringkan di sebuah meja dan ada 4 lilin yang diletakkan di dekat kepala dan kakinya. Aku mengintip dari lantai dua, dan aku melihat pelakunya menggunakan baju untuk dokter bedah. Lalu dia mengeluarkan sebuah pisau kecil dan mulai merobek perut Kak Dashiell dengan senyuman lebar yang ada diwajahnya. Aku terkejut, tubuhku terpelanting kebelakang karena takutnya. Aku ingin menolong, tapi tubuhku tidak henti hentinya gemetaran.
Darah segar keluar dari tubuhnya. Lalu aku berusaha untuk berdiri, dan melihatnya. Dia pergi kesuatu ruangan dan kembali dengan membawa kotak. Ketika kotak itu dibuka, keluar anak ular derik sebesar ibu jari dan itu sontak membuatku marah. Tanpa kuduga, tubuhku terasa ringan dan dalam sekejap yang entah gimana caranya aku turun, aku sudah berada di depan pelakunya.
“Brengsek… apa yang kau lakukan dengannya? Dasar sialan…”Aku lalu menghajarnya habis habisan dan dia terpojok di sudut ruangan. Aku menodongnya dengan pisau yang digunakannya. Tanpa pikir panjang, aku langsung menusuk kakinya hingga nancao ke lantai dan terdengar suara teriakan yang sangat kuat memecah keheningan sunyi dari bangunan itu. Aku dapat mendengar suaranya yang bergema memasuki setiap lorong dan setiap ruangan itu. Aku mendekati Kak Dashiell dan merobek pakaianku untuk menutupi lukanya. Aku mengikatnya dengan kuat agar tidak terlepas.
            “Bagaimana? Apa yang terjadi? Apa kau menemukannya? Siapa itu yang berteriak?” Ayahnya datang dengan rombongan polisi. Aku lalu berteriak dan menyuruhnya memanggil ambulan.
            “Ambulan akan terlalu lama. Biar kita bawa saja langsung ke rumah sakit. Cepat kau angkat dia dan masukin dia ke dalam mobil. Yang lainnya tolong urus sisanya.” Aku lalu mengangkatnya dan membawanya kedalam mobil polisi. Lalu ayahnya mengemudi dengan sangat cepat dan dalam waktu kurang dari 5 menit kami sampai di rumah sakit dan Kak Dashiell langsung dibawa ke UGD. Kami menunggu diruang tunggu sambil bercakap cakap tentang kasus ini.
            “Jadi, kenapa kau bisa mengetahui siapa target selanjutnya, Max?”
            “Para korban itu memiliki nama penulis mysteri. Seperti Agtha Christie, Sir Arthur, Candace Robb,  Daphne du Maurier, dan Dashiel Hammet. Lihatlah, disetiap nama mereka pasti ada nama penulis ini”
            Dokter mengatakan pendarahannya tidak terlalu parah. Lukanya bisa dijahit, dan organ tubuhnya tidak ada yang rusak.

Detective Conan
            “Terimakasih, Max... Kau menyelamatkan putriku. Kau dapat menyelesaikan kasus 6 tahun kami dalam waktu 2 hari. Kami sangat berterimakasih. Dan juga, ada yang ingin aku bicarakan padamu nanti. Kunjungi aku setelah ashar.” Dia lalu masuk keruangan Kak Dashiel sedangkan aku pulang kerumah dengan penuh tanda tanya.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : 6Y-2D

0 komentar:

Posting Komentar